MAKALAH
BARANG PUBLIK DAN
EKSTERNALITAS
DI
SUSUN OLEH
DOSEN : Afi
Rahmat S. SE,MM
KELOMPOK 10 :
Ø
Agus
Dimas Aripin (NPM 2130810035)
Kelas
A
FAKULTAS
EKONOMI/MENEGEMEN
UNIVESITAS
ISLAM MALANG
19
MARET 2014
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang ekonomi mikro yang berjudul " Barang publik dan eksternalitas "
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua
Malang,19 Maret 2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................
Latar Belakang...............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................
A.
BARANG
PUBLIK DAN EKSTERNALITAS
1
Faktor-Fakator penyebab eksternalitas
a) Keberadaan barang publik
b) Ketidak sempurnaaan pasar
c) Kegagalan pemerintah
2
Eksternalitas negatif dan positif
dalam produksi maupun konsumsi
a)
Eksternalitas negatif dari produksi
b)
Eksternalitas positif dari produksi
c)
Eksternalitas dalam konsumsi
3
Sosuli swasta tehadap eksternalitas
a)
Jenis-jenis solusi swasta
b)
Teorema coase
c)
Penyebab gagal nya sosuli swasta
B.
KEBIJAKAN
PUNLIK DALAM MENGATASI EKSTERNALITAS
1 Regulasi
2 Pajak pigoviab dan subsidi
C.
BARANG PUBLIK DAN SUMBERDAYA MILIK BERSAMA
1 Jenis-jenis barang
2 Analisis Biaya manfaat
3 Sumberdaya milik bersama
4 Pentingnya hak kepemilikan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam suatu perekonomian
modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya.
Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya
dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka
keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan
tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme
pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan
kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan
eksternalitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu
efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak
yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dalam literatur asing, efek samping
mempunyai istilah seperti : external effects, externalities, neighboorhood
effects, side effects, spillover effects (Mishan, 1990). Efek samping dari
suatu kegiatan atau transaksi ekonomi bisa positif (positive external effects,
external economic) maupun negatif (negative external effects, external
diseconomic). Dalam kenyataannya, baik dampak negatif maupun efek positif bisa
terjadi secara bersamaan dan simultan. Dampak yang menguntungkan misalnya
seseorang yang membangun sesuatu pemandangan yang indah dan bagus pada lokasi
tertentu mempunyai dampak positif bagi orang sekitar yang melewati lokasi
tersebut. Sedangkan dampak negative misalnya polusi udara, air dan suara. Ada juga
ekternalitas yang dikenal sebagai eksternalitas yang berkaitan dengan uang
(pecuniary externalities) yang muncul ketika dampak eksternalitas itu
disebabkan oleh meningkatnya harga. Misalnya, suatu perusahaan didirikan pada
lokasi tertentu atau kompleks perumahan baru dibangun, maka harga tanah
tersebut akan melonjak tinggi. Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan
dampak external yang negatif terhadap konsumen lain yang ingin membeli tanah
disekitar daerah tersebut. Dalam contoh di atas efek tersebut dalam perubahan
harga tanah, dimana kesejahteraan masyarakat berubah tetapi perubahan itu akan
kembali ke keadaan keseimbangan karena setiap barang akan menyamakan rasio
harga-harga barang dengan marginal rate of substitution (MRS). Jadi, suatu
fakta bahwa tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang lain tidaklah berarti
adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin dalam harga-harga
sehingga tidak terjadi ketidak efisienan dalam perekonomian. Jadi, yang
dimaksud dengan eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai
dampak terhadap orang lain atau segolongan orang lain tanpa adanya kompensasi
apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. BARANG
PUNLIK DAN EKSTERNALITAS
Eksternalitas adalah kerugian atau
keuntungan yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan pelaku
ekonomi lain yang tidak tercermin dalam harga pasar. sedangkan efisiensi pasar
adalah suatu keadaan apabila suatu pasar sudah dapat mengalokasikan seluruh sumber-sumber
daya yang pada umumnya secara efisien.
1.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EKSTERNALITAS
Eksternalitas
timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi,
eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari
prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik
barang atau sumber daya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah
merupakan keadaan-keadaan dimana unsur hak pemilikan atau pengusahaan sumber
daya (property rights) tidak terpenuhi. Sejauh semua faktor ini tidak ditangani
dengan baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari.
Kalau ini dibiarkan, maka ini akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan
terhadap ekonomi terutama dalam jangka panjang. Bagaimana mekanisme timbulnya
eksternalitas dan ketidakefisienan dari alokasi sumber daya sebagai akibat dari
adanya faktor diatas diuraikan satu per satu berikut ini
a.
Keberadaan Barang Publik
Barang
publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut.
Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public good) didefinisikan sebagai
barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap
seluruh anggota masyarakat.
b. Ketidak
Sempurnaan Pasar
Masalah
lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam suatu tukar
manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang
terjadi (outcome). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempuna
(Inperfect Market) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal).
c. Kegagalan
Pemerintah
Sumber
ketidakefisienan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar
tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure). Kegagalan
pemerintah banyak diakibatkan karena kepentingan pemerintah sendiri atau
kelompok tertentu (interest groups) yang tidak mendorong efisiensi. Kelompok
tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan (rent seeking)
melalui proses politik.
2. Eksternalitas
negatif dan positif dalam produksi maupun konsumsi
a.
Eksternalitas negative dari produksi
Pengertian
eksternalitas negatif lebih kurang adalah efek samping yang negatif dari suatu
tindakan dari pelaku ekonomi (katakanlah suatu perusahaan) yang di derita oleh
pihak yang tidak terlibat dalam tindakan ekonomi tersebut (bystander). Misalnya
pada umumnya pabrik akan mengeluarkan asap. Yang secara umum dapat dikatakan
bahwa setiap tindakan ekonomi berpotensi membawa efek samping, yang
permasalahannya hanya pada tingkat gangguannya saja. Dengan demikian,
pelarangan secara total akan menghentikan kegiatan ekonomi pada sektor usaha
ini. dengan adanya efek negatif ini maka biaya tidak hanya ditanggung oleh
perusahaan yang bersangkutan. Total biaya (internal perusahaan dan eksternal
perusahaan) biasa disebut sebagai biaya sosial (social cost). dengan adanya hal
tersebut mak biaya ekternal dapat dibuat menjadi internal sehingga menjadi
biaya perusahaan yang tercantum dalam dokumen akuntansi. dengan demikian biaya
total perusahaan menjadi lebih tinggi dan dengan sendirinya akan menaikan harga
jual produk yang dihasilkan.
b.
Eksternalitas Positif dari Produksi
Yang dimaksud dengan eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan
dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa
adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. meskipun banyak pasar dimana biaya
social melebihi biaya pribadi, ada pula pasar-pasar yang justru sebaliknya,
yakni biaya pribadi para produsen lebih besar dari biaya sosialnya.di pasar
inilah, eksternalitasnya bersifat positif, dalam arti menguntungan pihak lain
(selain produsen dan konsumen). Contoh yang dapat di kemukakan disini adalah
pasar robot industry (robot yang khusus di rancang untuk melakukan kegiatan
atau fungsi tertentu di pabrik-pabrik).
Robot adalah ujung tombak dari kemajuan
tekhnologi yang mutakhir. Sebuah perusahaan yang mampu membuat robot, akan
berkesempatan besar menemukan rancangan-rancangan rekayasa baru yang serba
lebih baik. Rancangan ini tidak hanya akan menguntungkan perusahaan yang
bersangkutan, namun juga masyarakat secara keseluruhan karena pada akhrnya
rancangan itu akan menjadi pengetahuan umum yang bermanfaat.
c.
Eksternalitas
dalam konsumsi
Sejauh ini,
eksternalitas yang telah kita bahas hanya eksternalitas yang berkaitan dengan
kegiatan produksi. Selain itu masih ada eksternalitas yang terkandung dalam
kegiatan konsumsi. Konsumsi minuman beralkohol, misalnya, mengandung
eksternalitas negatif jika si peminum lantas mengemudikan mobil dalam keadaan
mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya.
Eksternalitas dalam konsumsi ini juga ada yang bersifat positif. Contohnya
adalah konsumsi pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau
pemerintahnya akan diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut
tenaga-tenaga cakap, sehingga pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya
dalam melayani masyarakat.
3. Solusi Swasta Terhadap Eksternalitas
Kita telah
menyimak bahwa keberadaan eksternalitas itu dapat mengakibatkan alokasi sumber
daya yang dilakukan oleh pasar menjadi tidak efisien. Namun sejauh ini kita
baru mengulas secara sekilas tentang cara-cara mengatasi eksternalitas
tersebut. Dalam prakteknya, bukan hanya pemerintah saja yang perlu dan dapat
mengatasi eksternalitas itu, melainkan juga pihak-pihak nonpemerintah, baik itu
pribadi/kelompok maupun perusahaan/ organisasi kemasyarakatan. Untuk mudahnya,
kita sebut saja pihak-pihak nonpemerintah tersebut sebagai pihak “pribadi” atau
“swasta”. Pada dasarnya, tujuan yang hendak dicapai oleh pemerintah maupun
pihak swasta (perorangan dan kelompok), berkenaan dengan penanggulangan
eksternalitas itu sama saja, yakni untuk mendorong alokasi sumber daya agar
mendekati kondisi yang optimum secara sosial. Pada bagian pembahasan berikut
kita akan menelaah solusi-solusi atau upaya-upaya yang dilakukan oleh pribadi
atau swasta (private solutions) dalam mengatasi persoalan eksternalitas.
a.
Jenis-jenis Solusi Swasta
Inefisiensi
pasar akibat eksternalitas tidak perlu selalu harus atau bisa diatasi dengan
penegakan atau peningkatan standar moral, atau ancaman penerapan sanksi sosial.
Misalnya, mengapa orang-orang secara sadar tidak mau membuang sampah
sembarangan? Peraturan resmi yang mengatur tentang sampah memang ada, namun di
banyak tempat, peraturan semacam itu tidak dijalankan secara sungguh-sungguh.
Kita tidak mau membuang sampah disembarang tempat juga bukan karena takut
dengan peraturan-peraturan semacam itu, namun karena kita mengetahui atau
menyadari bahwa tidaklah baik dan tidak patut sejak kita masih kanak-kanak,
bahwa kita boleh melakukan sesuatu moral inilah yang kemudian membatasi
perilaku dan tindakan kita, agar sedapat mungkin tidak merugikan orang lain.
Dalam bahasa ekonomi, ajaran agama itu meminta kita untuk melakukan
internalisasi eksternalitas.
Contoh lain
solusi swasta, adalah derma atau amal yang seringkali sengaja diorganisasikan
untuk mengatasi suatu eksternalitas. Contohnya adalah Sierra Club, sebuah
organisasi sosial swasta yang sengaja dibentuk untuk turut melestarikan
lingkungan hidup. Organisasi ini mengandalkan pemasukannya dari donasi
pihak-pihak yang bersimpati atau iuran anggota. Hal ini sebagai contoh untuk
eksternalitas negatif. Sedangkan untuk eksternalitas positif, kita mengetahui
banyak perguruan tinggi yang membentuk yayasan yang menghimpun sumbangan dari
para alumni, perusahaan, atau pihak-pihak lain, untuk kemudian disalurkan
sebagai beasiswa.
Pasar swasta
terkadang juga mampu mengatasi masalah eksternalitas, dengan membiarkan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasinya. Motif utama mereka memang
untuk memenuhi kepentingannya sendiri, namun dalam melakukan suatu tindakan ,
mereka juga sekaligus mengatasi eksternalitas. Sebagai contoh, kita lihat saja
apa yang akan dilakukan oleh seorang petani apel dan seorang peternak lebah
yang hidup berdekatan. Pada saat lebah-lebah itu mencari madu dari satu bunga
apel ke bunga lainnya, mereka membantu penyerbukan dan mempercepat pohon-pohon
apel itu berbuah. Ini menguntungkan si petani apel. Sedangkan si peternak juga
untung karena ia tidak perlu memberi makan lebah-lebahnya. Namun jika kerja
sama terselubung yang saling menguntungakan itu tidak dipehitungkan, maka kedua
belah pihak bisa merugi. Jika pohon apel yang ditanam si petani terlalu
sedikit, maka lebah-lebah itu akan kekurangan makanan. Sebaliknya, jika lebah
yang dipelihara si peternak terlalul sedikit, maka proses penyerbukan tidak
lancar. Eksternalitas ini dapat diinternalisasikan dengan cara penggabungan
kedua usaha. Si petani membeli seluruh atau sebagian usaha peternakan lebah,
atau sebaliknya si peternak membeli seluruh atau sebagian pohon apel. Jika
kedua usaha itu disatukan, maka pengelolanya akan lebih mudah menentukan berapa
banyak pohon apel yang harus ditanam, dan berapa ekor lebah yang harus
dipelihara, demi membuahkan hasil yang maksimal. Dalam kenyataannya, niat untuk
mengupayakan internalisasi eksternalisasi seperti itulah, yang merupakan
penyebab mengapa banyak perusahaan yang menekuni lebih dari satu bidang/ jenis
usaha sekaligus. Cara lain di pasar swasta dalam mengatasi eksternalitas
adalah, penyusunan kontrak atau perjanjian di antara pihak-pihak yang menaruh
kepentingan.
c.
Teorema Coase
Ada sebuah
pemikiran yang disebut teorema Coase (Coase therem) mengambil nama perumusnya,
yakni ekonom Ronald Coase-yang menyatakan bahwa solusi swasta bisa sangat
efektif seandainya memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang
berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah
penanggulangan masalah eksternalitas yang ada diantara mereka, tanpa
menimbulkan biaya khusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada.
Menurut teorema Coase, hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu
akan mampu mengatasi masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alokasi
sumber daya.
d.
Penyebab
Gagalnya Solusi Swasta
Logika
teorema Coase memang meyakinkan, namun tidak selamanya sesuai dengan kenyataan
yang ada. Dalam prakteknya, kita tahu bahwa pelaku-pelaku ekonomi
swasta/pribadi seringkali gagal memperoleh pemecahan yang efisien, atas suatu
masalah yang bersumber dari eksternalitas. Teorema Coase ternyata hanya
berlaku, jika pihak-pihak yang berkepentingan tidak dihadapkan pada kendala
untuk mencapai dan melaksanakan kesepakatan. Itu berarti, peluang kesepakatan
memang selalu terbuka, namun hal itu tidak selalu bisa diwujudkan.
B.
KEBIJAKAN
PUBLIK DALAM MENGATASI EKSTERNALITAS
Setiap kali
eksternalitas muncul sehingga mengakibatkan alokasi sumber daya yang dilakukan
pasar tidak efisien, pemerintah dalam melakukan salah satu dari dua pilihan
tindakan yang ada. Pilihan pertama adalah menerapkan kebijakan-kebijakan atau
pendekatan komando dan kontrol (command-and-control policies), atau menerapkan
kebijakan-kebijakan berdasarkan pendekatan pasar (market-base policies). Bagi
para ekonom, pilihan kedua lebih baik, karena kebijakan berdasarkan pendekatan
pasar akan mendorong para pembuat keputusan di pasar swasta, untuk secara
sukarela memilih mengatasi masalahnya sendiri.
1.
Regulasi
Pemerintah
dapat mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau mewajibkan perilaku
tertentu dari pihak-pihak tertentu. Sebagai contoh, untuk mengatasi kebiasaan
membuang limbah beracun ke sungai, yang biaya sosialnya jauh lebih besar dari
pada keuntungan pihak-pihak yang melakukannya, pemerintah dapat menyatakannya
sebagai tindakan kriminal dan akan mengadili serta menghukum pelakunya. Dalam kasus
ini pemerintah menggunakan regulasi atau pendekatan komando dan kontrol untuk
melenyapkan eksternalitas tadi.
Namun
kasus-kasus polusi umumnya tidak sesederhanana itu. Tuntutan para pecinta
lingkungan untuk menghapuskan segala bentuk polusi, sesungguhnya tidak mungkin
terpenuhi, karana polusi merupakan efek sampingan tak terelakkan dari kegiatan
produksi industri. Contoh yang sederhana, semua kendaraan bemotor sesungguhnya
mengeluarkan polusi. Jika polusi ini hendak dihapus sepenuhnya, maka segala bentuk
kendaraan bermotor harus dilarang oleh pemerintah, dan hal ini tidak mungkin
dilakukan. Jadi, yang harus diupayakan bukan penghapusan polusi secara total,
melainkan pembatasan polusi hingga ambang tertentu, sehingga tidak terlalu
merusak lingkungan namun tidak juga menghalangi kegiatan produksi. Untuk
menentukan ambang aman tersebut, kita harus menghitung segala untung ruginya
secara cermat.
2.
Pajak Pigovian
dan Subsidi
Selain
menerapkan regulasi, untuk mengatasi eksternalitas, pemerintah juga dapat menerapkan
kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pendekatan pasar, yang dapat memadukan
insentif pribadi/swasta dengan efisiensi sosial. Sebagai contoh, seperti telah
disinggung diatas pemerintah dapat menginternalisasikan eksternalitas dengan
menggunakan pajak terhadap kegiatan-kegiatan yang menimbulkan eksternalitas
negatif, dan sebaliknya memberi subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang
memunculkan eksternalitas positif. Pajak yang khusus diterapkan untuk
mengoreksi dampak dari suatu eksternalitas negatif lazim disebut sebagai Pajak
Pigovian (Pigovian tax), mengambil nama ekonom pertama yang merumuskan dan
menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959).
Para ekonom umumnya lebih menyukai pajak Pigovian dari pada regulasi sebagai cara untuk mengendalikan polusi, karena biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi masyarakat secara keseluruhan.
Para ekonom umumnya lebih menyukai pajak Pigovian dari pada regulasi sebagai cara untuk mengendalikan polusi, karena biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi masyarakat secara keseluruhan.
C. BARANG
PUBLIK DAN SUMBER DAYA MILIK BERSAMA
Barang
publik ( public goods ) adalah barang
yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi
orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public good) didefinisikan sebagai
barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap
seluruh anggota masyarakat.
1. Jenis-Jenis Barang
1. Barang
Pribadi/Swasta ( private goods )
Yakni
barang-barang yang memiliki sifat ekskludabilitas dan sifat bersaingan.
2. Barang
Publik ( public goods )
Yakni
barang-barang yang tidak memiliki sifat ekskludabilitas maupun sifat sifat
persaingan.
3. Sumber
daya milik bersama ( common resources )
Yakni
barang-barang yang tidak memiliki sifat ekskludabilitas, namun memiliki sifat
persaingan.
4. Ada pula
barang yang memiliki ekskludabilitas, namun tidak memiliki sifat
persaingan.
Barang seperti ini hanya muncul dalam situasi “monopoli alamiah” (natural monopoly).
2. Analisis Biaya Manfaat
Analisis
biaya adalah suatu studi yang bertujuan menghitung segenap biaya dan keuntungan
dari suatu proyek, bagi masyarakat secara keseluruhan.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis biaya manfaat :
1. Biaya
Pengadaan (Procurement Coast), yaitu
semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pengadaan suatu barang.
2. Biaya
Persiapan Operasional (Star Up Coast),
yaitu semua biaya yang dikeluarkan sebagai upaya membuat system untuk siap di
operasikan.
3. Biaya
Proyek (Project Related Coast), yaitu
biaya yang berkaitan dengan biaya mengembangkan system termasuk biaya
penerapannya.
4. Biaya
Operasional (Ongoing and Maintenance
Coast), yaitu biaya untuk mengoperasikan system agar system dapat berjalan
dengan baik.
Sedangkan
komponen manfaat atau dalam hal ini dapat disebut juga sebagai efektifitas yang
di dapat dari sebuah system informasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Manfaat
atau efektifitas yang di dapat dari pengurangan biaya.
2. Manfaat
atau efektifitas yang di dapat dari pengurangan kesalahan-kesalahan
3. Manfaat
atau efektifitas yang di dapat dari peningkatan kecepatan aktivitas
4. Manfaat
atau efektifitas yang di dapat dari peningkatan perencanaan dan pengendalian
manajemen.
Manfaat atau
efektifitas dari sebuah system informasi dapat juga di klasifikasikan dalam dua
bentuk yaitu tangible benefist dan intangible banefits.
Tangible
Banefits atau manfaat keuntungan yang berwujud adalah keuntungan penghematan
atau peningkatan di dalam perusahaan yang dapat diukur secara kuantitatif dalam
bentuk satuan nilai moneter/uang. Intangible Benefits atau manfaat keuntungan
yang tidak berwujud adalah nilai keuntungan yang sulit atau tidak mungkin
diukur dalam bentuk nilai moneter/ uang. setelah komponen biaya dan manfaat diketahui, maka coast and benefit
analysis bisa dilakukan untuk menentukan apakah sebuah proyek tersebut layak
atau tidak.
3. Sumber
daya milik bersama
Keberadaan
sumber daya bersama–SDB (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber
daya tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik diatas.
Sumber-sumber daya milik bersama, sama halnya dengan barang-barang publik,
tidak ekskludabel. Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin
memanfaatkannya, dan Cuma-Cuma. Namun tidak seperti barang publik, sumber daya
milik bersama memiliki sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan
mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi,
keberadaan sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu
mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang efisien. Contoh klasik
tentang bagaimana eksternalitas terjadi pada kasus SDB ini adalah seperti yang
diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang dikenal dengan istilah Tragedi Barang
Umum (the Tragedy of the Commons).
4. Pentingnya
hak kepemilikan ( property right )
Salah satu bentuk kebijakan
teknologi yang paling banyak didukung oleh para ekonom adalah kebijakan
perlindungan hak cipta. Hukum paten melindungi hak eksklusif para pencipta atau
penemu untuk memanfaatkan sendiri penemuannya, selama jangka waktu tertentu
(setelah itu penemuannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas). Disini hukum
paten itu dapat dikatakan berfungsi melakukan internalisasai eksternalitas
(positif). Dengan memberikan hak cipta (property rights) Kepada setiap
perusahaan atas penemuan-penemuan barunya. Perusahaan lain atau siapa saja yang
berminat untuk turut memanfaatkan penemuan baru itu harus meminta izin kepada
penemunya, dan memebayar sejumlah royalti. Dengan cara ini, hukum paten
memberikan insentif lebih besar kepada semua perusahaan, untuk mencurahkan
lebih banyak dana dan perhatian untuk menemukan teknologi-teknologi baru yang
bermanfaat.
BAB 111
PENITUP
KESIMPULAN
Ketika suatu
transaksi antara pembeli dan penjual secara langsung memengaruhi pihak ketiga,
efek ini disebut suatu eksternalitas. Eksternalitas negatif seperti polusi,
menyebabkan jumlah optimal secara sosial dalam pasar kurang dari jumlah
keseimbangannya. Eksternalitas positif, seperti imbas teknologi, menyebabkan
jumlah optimal secara sosial lebih dari jumlah keseimbanganya.
Pihak-pihak
yang terkena efek dari eksternalitas dapat menyelesaikan masalah mereka
sendiri. Sebagai contoh ketika suatu bisnis menghasilkan eksternalitas bagi
bisnis lain keduanya dapat menginternalisasikan eksternalitas itu dengan cara
merger. Alternatifnya pihak pihak yang berkepentingan dapat mengatasi masalah
itu dengan mengalokasikan kontrak. Menurut teori macoase, jika orang-orang
dapat melakukan tawar menawar tanpa memakan biaya, maka mereka selau dapat
mencapai kesepakatan yang dapat mengalokasikan sumber daya dengan efisien. Akan
tetapi pada banyak kasus, mencapai sesuatu kesempatan antara banyak pihak
berkepentingan sulit terjadi, sehingga trorema coase tidak berlaku.
Ketika
pihak-pihak swasta tidak mampu menangani efek-efek eksternal, seperti polusi,
pemerintahan membantu dengan ikut campur. Kadang-kadang pemerintah menghindari
dilakukannya kegiatan –kegiatan yang tidak efisien dari segi sosial dengan
melarang perilaku-perilaku tertentu. Pada kesempatan yang lain, pemerintah
menginternalisasikan eksternalitas dengan menerapkan pajak Pigovian suatu
kebijakan Publik yang lain adalah mengeluarkan izin. Sebagai contoh, pemerintah
dapat melindungi lingkungan dengan mengeluarkan sejumlah terbatas izin
berpolusi. Hasil akhir dari kebijakan ini hampir sama dengan penerapan pajak
Pigovian terhdap para polusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar